A Letter from me: 2022

I was a fool, in my twenties.

Masa sekarang hidup sudah mulai terasa serius dari tahun-tahun kemarin. Waktu semakin terasa berlalu dan dunia makin bergerak maju. Dan ada aku, yang sedang menikmati masa mudaku.

Saat remaja dulu rasanya semuanya bisa saja disembuhkan dengan waktu. Kesempatan seakan bisa datang di lain hari, katanya mumpung masih muda tak apa kalau ambil keputusan tanpa berpikir panjang toh juga nanti bisa diperbaiki. Andai sekarang bisa segampang itu.

Kini hidup hanya milik diri sendiri. Kalau gagal sudah pasti hidup akan ditanggung pribadi. Tapi tetap, merasa syukur kalo dibandingkan orang diluar sana. Perbandingan saat ini memang menjadi teman sejati. Walaupun kadang ada pikiran, apa iya aku lebih bahagia.

Semakin dewasa, segala sesuatu juga terasa sedikit lebih hampa. Kadang ku kejar mimpi, kadang aku ingin lari. Tak jarang juga aku mempertanyakan segala hal yang akan diawali dengan "kenapa aku bisa disini?'

Sebentar lagi harus selesaikan beberapa mimpi agar di masa depan bisa masuk tim sesuai kategori. Punya rumah, suami, anak, dan alur hidup yang sama setiap hari.

Lalu apa iya itu hidup yang aku butuhkan nanti?

Comments

Popular posts from this blog

HE: A Boy Who Stuck in His Own Reality

Acceptance